STUDI PENGARUH ANGIN
TERHADAP DISTRIBUSI POLA SEBARAN GELOMBANG SELAT MALAKA
DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE WINDWAVE 05 DAN ARCVIEW GISS 3.3
DI BMKG SETASIUN
MARITIM BEWALAN
PROVINSI SUMATERA
UTARA
Belawan merupakan daerah yang
berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia yang merupakan pusat dari
segala akses transportasi laut. Belawan juga merupakan
pelabuhan terbesar ketiga di Indonesia yang menjadi salah satu pintu masuk
bagi Kota Medan khususnya dan Sumatera Utara umumya melalui
jalur Selat Malaka. Salah satu aktivitas penting di Pelabuhan
Belawan adalah bongkar muat barang di Belawan International
Container Terminal.
Pola cuaca dan iklim
yang tidak beraturan akan mengganggu sarana transportasi laut dan juga segala
aktifitas yang berhubungan dengan laut. Frekwensi gangguan angin kencang dan
badai angin Belawan dan angin Timur yang silih berganti berpeluang mengganggu
lalulintas perhubungan laut dan aktifitas nelayan yang akan menyebabkan kapal
kecelakaan ataupun kapal tenggelam.
Fenomena laut yang
sangat mempengaruhi keselamatan di laut salah satunya yaitu gelombang yang
tinggi, oleh karena itu diperlukan informasi tentang kecepatan angin dan
ketinggian gelombang di perairan Indonesia pada umumnya dan perairan Belawan
Sumatra Utara pada khususnya.
Salah satu
cara peramalan gelombang
adalah dengan menggunakan data angin. Data
angin diperlukan untuk peramalan tinggi dan periode
gelombang signifikan yang dibangkitkan oleh angin yang
meliputi kecepatan angin dan arah angin.
Untuk memperoleh
informasi perairan jangka panjang atau iklim maritim, perlu dilakukan
kajian-kajian yang mendalam tentang berbagai interaksi antara atmosfer, laut
dan daratan. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji bagaimana
karakteristik dan sebaran pola angin dan sebaran gelombang laut pada wilayah
tersebut. Baik pada musim timur atau muson dingin Australia maupun musim barat
atau muson dingin Asia.
Tujuan dari
praktek magang ini diantara lain :
1. Mengetahui distribusi pola
sebaran gelombang yang terjadi di perairan laut Belawan.
2. Mengetahui besar kecepatan dan arah
angina terhadap pergerakan dan kecepatan gelombang yang terjadi di perairan
laut belawan.
3. Mengetahui tata cara
pengambilan data angin dan gelombang di Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Belawan Sumatera Utara.
Adapun manfaat yang
didapat dari praktek magang ini yaitu Untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan, serta informasi tentang pengambilan dan
pengolahan data angin dan data gelombang perairan
laut Belawan.
Sumatera Utara
terletak di wilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan mempunyai
iklim tropical. Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian dapat
diprediksi dengan mudah. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi di
sepanjang garis pantai. Secara geografis Laut Belawan terletak pada 3°15’ –
3°50’ LU dan 98°38’ – 98°40’ BT yang mempunyai panjang 74 km (Yeanny, 2005).
Wilayah Barat Sumatera
merupakan perairan yang unik karena letak geografisnya berada diantara benua
Asia dan Australia. Di wilayah ini terjadi suatu sistem pola angin yang
disebut sistem angin muson Asia-Australia. Pergantian arah muson dua kali
setahun dan mencapai puncak pada bulan-bulan tertentu yang
menyebabkan pola sirkulasi massa air di perairan Indonesia. Letak
geografis perairan Belawan Sumatera yang berada pada system angin muson menyebabkan
kondisi oseanografi perairan ini dipengaruhi oleh perubahan iklim global
seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole Mode (Shinoda, 2004).
Karena adanya pola angin muson, maka di
sumatera utara terbentuklah angin yang disebut oleh penduduk sekitar sebagai
angin Bahorok. Menurut Anonimus 2011, Angin Bahorok sebenarnya adalah angin
Fohn yang terjadi di Deli Sumatera Utara. Fenomena terjadinya angin Bahorok ini
tidak terlepas dengan terjadinya angin Musonn Tenggara, yang di Sumatera Utara
berubah menjadi angin muson Barat Daya.
Angin Bahorok adalah massa udara yang
telah kehilangan uap airnya dibagian atas angin dari pegunungan, jatuh dengan
kecepatan besar di sebelah bawah angin dari pegunungan itu sebagai angin panas
yang kering. Terjadinya angin bahorok oleh karena gerakan massa udara ditahan
oleh pegunungan bukit barisan sehigga udara itu dipaksa naik ke atmosfir lebih
tinggi dan dipaksa melakukan kondensasi, dimana gradien temperatur udara basah
lebih kecil dari pada gradien temperatur udara kering. Kondensasi yang terjadi
oleh pendakian udara basah akan melepaskan sejumlah panas latent (yaitu panas
uap) dan panas ini diterima oleh udara itu sendiri (Anonimus, 2011).
Pola angin yang sangat
berperan di Indonesia adalah angin musim (muson). Angin musim ini
bertiup secara mantap ke arah tertentu pada suatu periode sedangkan
pada periode lainnya angin bertiup secara mantap pula dengan arah yg
berlainan. Posisi Indonesia antara benua Asia dan Australia
membuat kawasan ini paling ideal
untuk berkembangnya angin musim. Musim Barat: Desember, Januari dan Pebruari angin berhembus dari Asia menuju ke Australia
curah hujan tinggi. Musim Timur:
Juni, Juli, Agustus sebaliknya angin berhembus dari Australia menuju
ke Asia curah hujan rendah (Lanuru dan Suwarni, 2011).
Angin yang bertiup di atas permukaan laut
merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang
dihasilkan di sini cendrung tidak tertentu
yang tergantung kepada bermacam-macam sifat seperti tinggi, periode gelombang
di daerah mana mereka dibentuk (Lanuru, et
all 2011).
Pada saat musim dingin Belahan Bumi Utara, umumnya
terjadi pada bulan Oktober hingga April dan puncaknya akan terjadi pada bulan
Desember, Januari, Februari, angin muson bertiup dari daerah Siberia menuju
Benua Australia. Pada periode ini daerah-daerah di Indonesia yang berada di
sekitar Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai
dengan Papua, angin muson bertiup dari Barat kearah Timur. Daerah ini disebut
Muson dingin dari Belahan Bumi Utara ini dinamakan Monsun Barat. Sedangkan
daerah yang mencakup sebagian besar Sumatera dan Kalimantan Barat angin muson datang
dari arah Timur laut, angin Muson di daerah ini Disebut angin Musonn Timur laut
(Prawirowardoyo 1996 dalam Ramlan 2012).
Angin Muson Barat ini bertiup saat matahari berada di
Belahan Bumi Selatan khatulistiwa, yang menyebabkan benua Australia musim panas,
sehingga bertekanan rendah. Sedangkan benua Asia lebih dingin,
sehingga tekanannya tinggi. Pada waktu ini, Indonesia pada khususnya akan
mengalami musim hujan akibat adanya masa uap air yang dibawa oleh angin ini,
saat melalui lautan luas dibagian utara (Ramlan, 2012).
Gelombang yang terjadi
disepanjang garis pantai Belawan berasal dari gelombang laut dalam dari arah utara
ke timur laut, yang dibangkitkan sesuai dengan fetch di
perairan Selat Malaka. Gelombang ini terjadi pada saat muson timur laut yang
terjadi dari November hingga Maret.
Gelombang laut dapat ditinjau sebagai deretan pulsa-pulsa yang berurutan
yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu
dari elevasi maksimum (puncak) ke elevasi minimum (lembah)
(Lanuru, et all 2011).
Menurut (Samulano,
2012) ada tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan
oleh angin, yaitu: lama angin bertiup atau durasi angin, kecepatan angin, dan
fetch. Semakin lama angin bertiup pada permukaan perairan, maka semakin besar
energi yang akan dihasilkan. Semakin besar energi gelombang akan menyebabkan
pergerakan (kecepatan) gelombang semakin kencang / cepat, sehingga gelombang
yang ditimbulkan semakin tinggi. Angin yang lebih
kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Sedangkan fetch, merupakan
jarak tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Semakin panjang jarak fetch, maka
ketinggian gelombang akan semakin besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan
kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut
mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari
setengah kali panjang gelombang. Di laut
dalam profil gelombang adalah sinusoidal,
semakin menuju ke perairan yang lebih
dangkal puncak gelombang semakin tajam
dan lembah gelombang semakin datar.
Selain itu kecepatan dan panjang gelombang
berkurang secara berangsur-angsur
sementara tinggi gelombang bertambah (Dauhan,
2013).
Menurut (Dauhan, 2013)
Gelombang pecah dipengaruhi oleh
kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang. Pecahnya gelombang biasanya terjadi
pada saat gelombang mendekati pantai,
dimana puncak gelombang menjadi tajam
dan kedalamannya mencapai seperempat dari tinggi gelombang dan akhirnya terjadi
gelombang pecah. Efek perubahan
kedalaman laut akan mengakibatkan tinggi gelombang bertambah besar ketika
gelombang tersebut memasuki perairan
dangkal. Tinggi gelombang akan mencapai
suatu ketinggian tertentu dan ia akan
menjadi tidak stabil dan kemudian pecah dan mengakibatkan timbulnya energi.
Perambatan gelombang menuju perairan dangkal
semakin mengurangi kecepatan tapi
energinya justru bertambah besar sehingga
tinggi gelombang juga menjadi semakin bertambah besar.
Kondisi gelombang pecah tergantung pada kemiringan dasar
pantai dan kecuraman gelombang.Gelombang pecah dapat dibedakan
menjadi tiga tipe berikut ini :
1. Spilling
Spilling biasanya terjadi apabila
gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke
pantai yang datar (kemiringan
kecil). Gelombang mulai pecah pada
jarak yang cukup jauh dari pantai dan
pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih
terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan
suatu lapis tipis buih pada jarak yang
cukup panjang.
2. Plunging
Apabila kemiringan gelombang dan dasar
bertambah, gelombang akan pecah dan
puncak gelombang akan memutar dengan
massa air pada puncak gelombang akan
terjun ke depan. Energi gelombang pecah
dihancurkan dalam turbulensi, sebagian
kecil di pantulkan pantai ke laut, dan
tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih dangkal.
3. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan
kemiringan yang sangat besar seperti
yang terjadi pada pantai berkarang.
Daerah gelombang pecah sangat sempit,
dan sebagian besar energi dipantulkan
kembali ke laut dalam. Gelombang pecah
tipe surging ini mirip dengan plunging,
tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar
gelombang sudah pecah.
Gerakan air dapat pula
disebabkan oleh adanya perbedaan kerapatan massa air.
Perbedaan kerapatan
ini timbul terutama disebabkan oleh perbedaan salinitas dan
suhu. Sirkulasi air di laut yang
diakibatkan oleh perbedaan kerapatan yang disebabkan
oleh adanya perbedaan suhu dan salinitas dinamakan thermohaline circulation (Lanuru,et
all 2011).
Matahari merupakan
sumber energi utama dalam mempengaruhi perpindahan masa udara di bumi. Radiasi
yamg dipancarkan matahari ke bumi akan menjadikan permukaan bumi menjadi panas
yang akan menyebabkan timbulnya perbedaan suhu dan tekanan udara dari satu
tempat ketempat lainya, sehingga massa udara selalu berpindah dari tempat yang
bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Pergerakan massa udara dari
tempat satu ke tempat yang lainya inilah yang disebut angin. Gesekan angin
dengan permukaan laut inilah yang menimbulkan gelombang (Lanuru, et
all 2011).
Gordon, 2005 menyatakan
bahwa suhu merupakan suatu besaran fisika dimana banyaknya bahang (energy
panas) terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut pada daerah permukaan sangat
tergantung dari jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari adalah daerah
yang terletak pada lintang 100 LU – 100 LS dan
menyebabkan suhu perairan di daerah ekuator lebih tinggi dibandingkan daerah
dengan lintang lebih besar.
Kemampuan daratan dalam menyimpan panas berbeda dengan air. Daratan akan
lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi dari pada
lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin daripada lautan
pada waktu tidak ada insolation. Akibatnya di daratan terdapat
perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Kisaran suhu di lautan: 1,8 oC s/d 42oC.
Sementara di daratan 68oC s/d 58 oC (Lanuru, et
all 2011).
III. METODE PRAKTEK
Pelaksanaan praktek
magang ini dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2015 sampai 27
Februari 2015 yang bertempat di Badan Meteorologi dan Geofisika Belawan
provinsi Sumatra Utara.
Alat yang digunakan
selama praktek magang ini adalah, personal computer (PC)dan Laptop, Software
Winwaves 05 dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktek
magang ini adalah data Grib yang diperoleh dari BMKG pusat.
Metode praktek yang
digunakan dalam praktek ini adalah metode survey dengan cara pembuatan peta
gelombang yakni, mendownload data Grib dari BMKG pusat dengan
menggunakan Software Windwaves 05 hasil running model Windwaves
05 dibuat menjadi sebuah informasi dalam bentuk peta dengan
menggunakan Arcview GIS 3.3. danoutput peta
meliputi data ketinggian gelombang dan kecepatan angin permukaan laut pada hari
tersebut.
3.4. Analisis Data
Data primer didapatkan
langsung pada saat melakukan praktek magang dan data sekunder didapatkan
melalui wawancara kepada pihak – pihak terkait untuk mengetahui gambaran
keadaan lokasi dan berbagai fasilitas yang dimiliki BMKG Belawan.
Selanjutnya data tersebut akan dibahas secara deskriptif.
Anonimus, 2011. http://imbalo.wordpress.com/2011/10/01/angin-bahorok. Diakses pada 22 desember 2014. 14.13 wib.
Dauhan. S. K. 2013. Analisis Karakteristik
Gelombang Pecah Terhadapperubahan Garis Pantai Di Atep Oki. Universitas
Sam Ratu Langi. Manado. Jurnal Sipil Statik Vol 1. No. 12. 13 hal.
Lanuru,M dan Suwarni 2011. Bahan Ajar
Pengantar Oseanografi. Universitas Hasanudin. Makasar. 126 hal.
Ramlan 2012. Variabilitas Gelombang Laut Jawa
dan Selat Karimata Ditinjau Dari Persepektif Dinamika Meteorologi. Tesis
FMIPA Universitas Indonesia. Depok . 134 hal.
Samulano.I 2012. Refraksi Dan Difraksi
Gelombang Laut Di Daerah Dekat Pantai Pariaman. Pascasarjana
Universitas Andalas. 21 hal.
Shinoda, T., Haryy. H.
hendon, and M.A. alexander. 2004. Surface and Subsurface Dipole
Variability in the Indian Ocean and Its Relations with ENSO. Sea Res.
Yeanny, M.Sari. 2005. Pengaruh Aktivitas
Masyarakat Terhadap Kualitas Air dan Keanekaragaman Plankton di
Sungai Belawan Medan. Jurnal Komunikasi Penelitian Volume 17. No 2. 6 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar