BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran air
adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga
pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian
ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau
muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen
terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.
Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air.
Besarnya beban pencemaran yang ditampung oleh suatu perairan, dapat
diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber
aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang
berasal dari penduduk (Allbab, 2013).
COD,
singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen kimia
untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand,
atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh
mikroorganisme. Melalui
kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan.
Perbedaan dari kedua cara uji oksigen yang terlarut di dalam air tersebut
secara garis besar adalah sebagai berikut ini (Salmin, 2005).
Chemical
oxygen demand adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama peruraian
senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia dan
nitrit. Biological
(biochemical) oxygen demand adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena
oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri,
akibatnya ikan dan organisme air kekurangan
DO. Hubungan keduanya adalah sama-sama untuk menentukan
kualitas air, tapi BOD cenderung ke arah cemaran (Wijatna, 2004).
DO
atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm
ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat
permintaan oksigen oleh makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi
nilainya maka semakin banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin
tinggi nilai BOD maka akan semakin rendah kualitas air.
COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. Bedanya disini ialah tingkat kebutuhan senyawa kimia
terhadap oksigen. Bisa jadi dipakai untuk mengurai dan sebagainya
(Zulkarnain, 2012).
Oksigen terlarut
adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt).
Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air,
aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau
tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat
digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang
peka bagi proses-proses kimia dan biologi (Hardyanto, 2012).
Kadar oksigen
yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian
(diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah
(effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas
lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut
cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu
sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang
dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain (Zulkarnain,
2012).
Konsentrasi
oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan.
Menurut Swingle dalam Boyd (1982), bila dalam suatu kolam kandungan oksigen
terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan
pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung
deterjen, suplai oksigen dari udara akan sangat lambat sehingga oksigen dalam
air sangat sedikit (Allbab, 2013).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui dan menganalisis kandungan DO dan BOD yang terdapat pada perairan.
2. Mahasiswa
dapat memahami cara untuk menganalisis kandungan DO dan BOD pada perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen juga
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia
menjadi lebih sederhana dalam nutrien dan gas (Wijatna, 2004).
Sebagaimana
diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia
beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping
itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.
Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak
beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah
sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya
(Hardyanto, 2012).
Kandungan
oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini
sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada
tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut
adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Salmin, 2005).
Agar ikan dapat
hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part
per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi
bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung
bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan
air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya
hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau
busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S (Wijatna, 2004).
Kebutuhan
oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan
oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaranair buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan (Salmin,
2005).
Sesungguhnya
penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran
banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang
harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh
yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari
oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga
harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga
supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar
± 9 ppm pads suhu 20°C (Hardyanto, 2012).
BOD singkatan
dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis
untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme. Sedangkan COD
singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen kimia
untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. Dalam perairan di
berbagai daerah terdapat perbedaan tingkat BOD dan COD. Tingkat kandungan
oksigen yang terlarut tersebut mempengaruhi jumlah organisme yang hidup pada
daerah tersebut. Jika oksigen yang terlarut terlalu banyak maka menyebabkan
dampak negative terhadap perairan dan organismenya, begitu juga jika oksigennya
juga terlalu sedikit (Allbab, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa 23 November 2017 pada pukul 13.00 WIB di
Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
3.2
Alat dan Bahan
No
|
Alat dan Bahan
|
Fungsi
|
1
|
DO meter
|
Mengukur nilai
DO dan BOD
|
2
|
Kamera
|
Mendokumentasikan
hasil dan kegiatan
|
DAFTAR PUSTAKA
Allbab U, Very D, Donny H. 2013. Studi
Analisis Nilai Sebaran Kadar Oksigen Terlarut Dalam Aliran (Do) Pada Hulu Dan
Hilir Bangunan Bendung Di Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang. Jurnal POMITS. Vol 2(4) : 21-34.
Hardyanto R, Henhen S, Rusky I P. 2012.
Kajian Produktivitas Primer Fitoplanton Di Waduk Sanguling, Desa Bongas Dalam
Kaitannya Dengan Kegiatan Perikanan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol 3(4): 51-59. ISSN: 2088-3137.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan
Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan
Kualitas Perairan. Oseana. Vol 30(3):
21-26. ISSN 0216-1877.
Wijatna A B, Tri W T, Tony D S.
2004. Pengaruh Pengoperasian Reaktor
Kartini terhadap Kadar DO, BOD, dan COD Air Pendingin primer. FORUM TEKNIK. Vol 28(2): 114-120.
Zulkarnain M R, Suwito, Tasripan. 2012. Sistem
Monitoring Kualitas Air Sungai yang Dilengkapi dengan Data Logger dan
Komunikasi Wireless Sebagai Media Pengawasan Pencemaran Limbah Cair. Vol
11(5):23-35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar