Senin, 23 Juli 2018

ANALISIS TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI


ANALISIS TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI
Max Kavelar
08051281520060
Fakultan MIPA, Jurusan Ilmu Kelautan UNSRI
DeadSquad@gmail.com

ABSTRAK
Total sedmen tersuspensi adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai.  Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Lokasi yang akan diamati total sedimen tersuspensinya adalah perairan Sungai Musi yang berada pada kota Palembang. Pada stasiun 3,5,7,dan 9 yang tidak terdapat konsentrasi dari TSS berarti pada stasiun tersebut konsentrasi dari sedimen tersuspensi sangatlah kecil atau mendkati 0 yang dimana ini berarti lokasi tersebut tidak terdapat sedimen tersuspensi.  Konsentrasi TSS terbesar terdapat pada stasiun ke delapan(8) dengani konsentrasi sebesar 0,00014 dan yang teredah adalah pada stasiun 3,5,7,dan 9.
Kata Kunci  : Sungai Musi, Total Suspended Solid.




I.          Pendahuluan
Sehubungan dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat, maka permintaan akan pangan, sandang dan papan juga semakin meningkat. Hal ini mendorong peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai sektor yang mengakibatkan pemanfaatan ekosistim secara tidak rasional dan tidak terkendali. Kegiatan pembangunan tersebut mengakibatkan penurunan kualitas bahkan perusakan ekosistim itu sendiri serta berdampak lanjut terhadap gangguan ekosistim lain yang berada di sekitarnya, sehingga mengakibatkan gangguan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya maupun terhadap organisme pemanfaatnya termasuk manusia (Tarigan, 2003).
Proses pencemaran perairan pada umumnya disebabkan oleh berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan pencemar perairan antara lain pemukiman, industri, transportasi, dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut potensil menghasilkan bahan pencemar yang merusak sistim kehidupan di dalam ekosistim pantai. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikatergorikan sebagai perairan tercemar. Selain itu definisi dari pencemaran air disebabkan oleh masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan, sebagai akibat dari tindakan manusia, yang merubah sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis lingkungannya. 
Total sedmen tersuspensi adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. 
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik.
Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper.  Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama (Karuniasari, 2014).
Jika suatu perairan memiliki nilai kekeruhan atau total suspended solid yang tinggi maka semakin rendah nilai produktivitas suatu perairan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme perairan. Banyaknya aktivitas manusia di sekitar perairan pesisir Teluk Kendari yang bisa menghasilkan limbah bahan pencemar masuk ke dalam perairan yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi kehidupan perairan laut. Nilai TSS ini merupakan salah satu bagian yang berperan dalam menentukan kualitas lingkungan suatu perairan (Febiyan, 2013).
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan.
Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedimen akan merusak produksi pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau, selat, dan pelabuhan   (Winnarsih, 2016).


II.         METODOLOGI



Lokasi yang akan diamati total sedimen tersuspensinya adalah perairan Sungai Musi yang berada pada kota Palembang. Sungai Musi adalah sebuah sungai yang tergolong besar yang terdapat pada wilayah Indonesia. Sungai Musi banyak mengangkut sedimen-sedimen tersuspensi yang bermuara di Sungsang. Lokasi ini secara geografis terletak pada 103° 34’ 12 “ – 105°  0’ 36” BT dan 02° 58’ 12”  -  04° 59’ 24” LS dengan luas 7.760.222, 86 Ha.
Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data primer dan sekunder. Data sekunder yang berupa data pengukuran di lapangan.
Pengolahan data yang dilakukan untuk menentukan total sedimen tersuspensi  pada Sungai Musi adalah dengan menggunakan Excel. Pada pengolahan data pada Excel akan diperolaeh data baru yang sudah disortir dengan format Xls.


III.        HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Konsentrasi Total Sedimen Tersuspensi




Dapat kita lihat pada table hasl konsentrasi sedimen tersuspensi pada sungai musi yang dimana pada stasiun satu terdapat konsentrasi TSS-nya sebesar 0,00002, pada stasiun dua(2) konsentrasinya sebesar 0,00002, pada stasiun tiga(3) konsentrasinya tidak ada, pada stasiun empat(4) konsntrasinya sebesar  8E-05, pada stasiun lima(5) konsentrasinya tidak ada, pada stasiun enam (6) konsentrasinya sebesar 0,00002, pada stasiun tujuh(7) konsentrasinya tidak ada, pada stasiun delapan(8) konsentrasinya sebesar 0,00014, pada stasiun Sembilan(9) konsentrasinya tidak ada, dan pada stasiun ke sepuluh (10) konsentrasinya sebesar 6E-05.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa stasiun yang tidak terdapat TSS seperti stasiun 3, 5,7,dan 9. Sedangkan pada stasiun yang lainnya terdapat konsentrasi dari TSS. Konsentrasi TSS terbesar terdapat pada stasiun ke delapan(8) dengani konsentrasi sebesar 0,00014 dan yang teredah adalah pada stasiun 3,5,7,dan 9.
Pada stasiun 3,5,7,dan 9 yang tidak terdapat konsentrasi dari TSS berarti pada stasiun tersebut konsentrasi dari sedimen tersuspensi sangatlah kecil atau mendkati 0 yang dimana ini berarti lokasi tersebut tidak terdapat sedimen tersuspensi. Hal ini dapat dipicu karena pada stsiun tersebut pengaruh dari kecepatan air yang sangat kecil sehingga angkutan sedimen yang terjadi sangat kecil atau mendekati 0. Kecilnya konsentrasi TSS ini juga dapat dipicu karena lokasi tersebut yang tertutup.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.

V. KESIMPULAN
1.   Total Sedimen Tersuspensi yang tertinggi terdapat pada stasiun 8 dengan konsentrasi 0,00014.
2.   Total Sedimen Tersuspensi yang terendah terdapat pada stasiun 3,5,7 dan 9 dengan konsentrasi 0.
3.   Kecilnya TSS yang terdapat dipicu oleh kecilnya pengaruh luar.
DAFTAR PUSTAKA
Febiyan. 2013. Total Sedimen Tersuspensi Di Perairan Teluk Lampung. JURNAL OSEANOGRAFI. Vol 2(3): 361-368.
Karuniasari D, Purwanto, Warsito A. 2014. Analisis Sedimen Tersuspensi Di Pelabuhan Kendal, Kabupaten Kendal. JURNAL OSEANOGRAFI. Vol 3(3):304-308.
Tarigan M S, Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)  Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA SAINS. Vol 7(3): 109-119.
Winnarsih, Emiyarti, La O A A. 2016. Distribusi Total Suspended Solid Permukaan Di Perairan Teluk Kendari. Sapa Laut. Vol1(2): 54-59. E-ISSN 2503-0396.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APLIKASI PENGHASIL UANG TERBAIK DI 2020 hallo sahabat keren...... ini dia aplikasi penghasil uang yang anda cari-cari selama ini ...