Senin, 02 Juli 2018

Analisis Kandungan Logam Berat Pada Sedimen


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah di daerah pesisir merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh suatu daerah yang berada dekat dengan pantai atau pesisir. Salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi siklus makanan di wilayah pesisir dan laut adalah mikroplastik. Mikroplastik merupakan salah satu bagian dari sampah lautan yang apabila menumpuk di wilayah perairan akan menyebabkan terganggunya rantai makanan pada ikan. Berdasarkan analisis deskriptif, perbedaan kedalaman pengambilan sedimen mikroplastik tidak mempengaruhi kelimpahan mikroplastik (Bangun, 2017).
Mikroplastik  berpotensi mengancam lebih serius dibanding dengan material plastik yang berukuran besar sebagai  organisme yang mendiami tingkatan tropik yang lebih rendah, seperti plankton yang mempunyai partikel rentan terhadap proses pencernaan mikroplastik sebagai akibatnya dapat mempengaruhi organisme tropik tingkat tinggi melalui proses bioakumulasi. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa mikroplastik dapat dicerna oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari mikroplastik dapat menyerupai makanan (Kumoro, 2014).
Sampah merupakan masalah bagi masyarakat di seluruh dunia, baik sampah yang berasal dari daratan maupun lautan.  Salah satu jenis sampah yang paling banyak terdapat di wilayah daratan dan lautan adalah sampah plastik. Plastik merupakan tipe sampah laut dominan. Sampah laut (marine debris) dapat didefinisikan sebagai benda padat, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut. Kira-kira 10% dari semua plastik yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di laut (Pratomo, 2011).
Potensi dampak sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris. Ditinjau dari sudut keindahan, sampah yang berserakan di jalan pada dasarnya mengganggu pemandangan mata. Selain itu, sampah juga mengganggu dalam segi kesehatan lingkungan. Hal tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar termasuk hewan dan manusia karena memiliki konsentrasi dan kuantitas tertentu. Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah (Edward, 2014).
Pencemaran plastik di wilayah pesisir merupakan salah satu topik yang mendapat perhatian lebih selama bebrapa tahun terakhir. Zona intertidal adalah daerah perairan yang terkena dampak langsung dari kontaminasi sampah plastik dari daratan dan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis dan kelimpahan sampah plastik di zona intertidal dan dampaknya terhadap kelimpahan makrozoobentos. Akibat belum adanya pengelolaan limbah dengan baik, maka limbah akan semakin menumpuk (Kumoro, 2014).
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan di lingkungan masyarakat. Manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang produksi, maka akan timbul suatu limbah. Hal tersebut dikarenakan belum adanya pengolahan yang dilakukan oleh manusia menggunakan mesin dan juga sulitnya untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang biasa dimanfaatkan (Dewi, 2015).
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari-hari. Pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di lingkungan sekitar merupakan salah satu dari sumber mikroplastik. Sumber limbah mikroplastik yang berasal dari pertokoan atau warungwarung makanan antara lain adalah: kantong-kantong plastik baik kantong plastik yang berukuran besar maupun kecil, bungkus nasi, kemasan-kemasan makanan siap saji dan botol-botol minuman plastic (Bangun, 2017).
1.2 Tujuan
1.   Mahasiswa dapat mengetahui dan menganalisis kandungan mikroplastik yang terdapat pada sedimen.
2.   Mahasiswa dapat memahami cara untuk menganalisis mikroplastik pada sedimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pelet merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik. Berdasarkan hasil analisa, kelimpahan fragmen ditemukan paling tinggi antara kedua kedalaman. Kelimpahan film memiliki kelimpahan tinggi setelah kelimpahan fragmen dan yang di peringkat ketiga yaitu fiber. Hal ini dibuktikan karena fragmen merupakan hasil potongan produk plastik dengan polimer sintesis yang sangat kuat, film yang memiliki densitas lebih rendah dari fiber sehingga mudah ditransportasikan dan fiber yang berasal dari adanya aktivitas penangkapan (Pratomo, 2011).
Kelimpahan mikroplastik berdasarkan pada kedalaman sedimen 0-10 cm dan 10-20 cm. Hal ini bertujuan untuk melihat perbedaan kelimpahan terhadap pengendapan sedimen pada kedalaman yang berbeda. Pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm kelimpahan mikroplastik yang ditemukan berupa fragmen, film dan fiber. Kelimpahan mikroplastik pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm tidak berbeda nyata, jika dilihat dari pola distribusi kelimpahan mikroplastik antar kedalaman. Pola distribusi kelimpahan mikroplastik antar kedalaman cenderung menunjukkan pola yang sama antara batas mangrove terluar dengan batas mangrove terdalam. Berdasarkan analisis deskriptif, perbedaan kedalaman pengambilan sedimen mikroplastik tidak mempengaruhi kelimpahan mikroplastik (Bangun, 2017).
Hasil uji bahwa kelimpahan film, fiber, fragmen, pelet maupun kelimpahan total tidak berbeda nyata antar kedalaman. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sedimen mangrove dapat merangkap mikroplastik hingga kedalaman lebih dari 30 cm tanpa adanya perubahan kelimpahan tekstur sedimen setiap stasiun yang didominasi oleh tesktur lempung berpasir, kecuali tekstur sedimen Stasiun 3 didominasi oleh lempung. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa sedimen lunak lebih dapat merangkap debris dibandingkan habitat berbatu kerikil (Dewi, 2015).
Burn merupakan cara penanggulangan limbah plastik dengan cara pembakaran dan biodegradation yang menggunakan mikroba secara biologis atau alami. Metode atau cara penanggulangan limbah plastik yang paling aman dan bersahabat terhadap lingkungan adalah metode biodegradation atau biodegradasi. Metode biodegradasi sifatnya alami dan tidak menimbulkan zat baru yang dapat membahayakan lingkungan (Edward, 2014).
Jika dilihat dari sudut pandang kebutuhan manusia akan plastik yang sukar untuk dikurangi apalagi dihindari, maka diperlukan suatu terobosan baru atau alternatif untuk mengatasi masalah kelestarian lingkungan tanpa merugikan manusia. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk bioplastik yang lebih mudah terbiodegradasi sehingga aman bagi lingkungan (Dewi, 2015).
Plastik yang terbuat dari pati bersifat isotropik, tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun dan biodegradable. Plastik ini biasanya juga mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan dapat berfungsi sebagai penghalang gas, terutama oksigen, karbon dioksida dan lemak. Sifat fisik, ketahanan terhadap bahan kimia dan sifat mekanik plastik yang terbuat dari pati sangat mirip dengan plastik dari bahan dasar minyak bumi. Plastik yang terbuat dari pati juga lebih kuat dan fleksibel jika dibandingkan dengan plastik dari lemak dan protein. Beberapa penelitian pada dasawarsa yang lalu telah mulai menggunakan tepung sebagai bahan baku dalam pembuatan plastic (Kumoro, 2014).
NOAA (2013) mendeskripsikan sampah laut (marine debris) sebagai benda padat persistent, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut.  Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam (untuk selanjutnya menerangkan gabus), kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu.  Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan marine debris, yaitu megadebris (> 100 mm), makrodebris (> 20-100 mm), mesodebris (> 5-20 mm), dan mikrodebris (0.3-5 mm) (Pratomo, 2011).
Potensi efek sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris.  Makrodebris memberikan dampak secara fisika seperti menutup permukaan sedimen dan mencegah pertumbuhan benih mangrove. Potensi sampah menjadi masalah utama pencemaran pesisir, namun sedikit informasi kuantitatif mengenai pencemaran sampah laut di ekosistem mangrove.  Selain itu, permasalahan sampah laut belum menjadi perhatian dalam menentukan strategi pengelolaan ekosistem.  Distribusi sampah laut di ekosistem mangrove merupakan informasi kuantitatif dalam menentukan strategi pengelolaan ekosistem mangrove (Edward, 2014).
Berbagai sumber dan proses bisa menjadi titik awal pelepasan atau pembentukan mikroplastisitas. Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya mikroplastisitas di semua samudera dunia sampai ke laut dalam Kutub Utara, namun juga di perairan pedalaman Di sekitar daerah padat penduduk, konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi telah diamati, menunjukkan korelasi konsentrasi mikroplastik dengan kepadatan penduduk Selain itu, konsentrasi mikroplastisitas di pantai juga cenderung bergantung pada industri lokal. Hal ini mengindikasikan peningkatan konsentrasi yang diamati di dekat perusahaan penghasil plastik dan pelabuhan (Bangun, 2017).
Partikel mikroplastik terapung diserap oleh aliran air. Dengan cara ini, mikroplastisitas akhirnya mencapai laut melalui sungai. Di sini, arus laut menyebarkan mikroplastik. Untuk akumulasi jenis ini, lima arus utama vortex di lautan di dunia bertanggung jawab, di mana menggerakkan plastik dan mikroplastisitas sebagian besar terjebak karena arus yang beredar, sehingga mengumpulkan lebih banyak dan lebih banyak sampah penggerak. Penumpukan limbah dapat dipicu oleh pembuangan limbah yang sembarangan dan tempat penampung sampah yang kurang memadai, sehingga sampah menumpuk di suatu tempat yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan sekitar (Dewi, 2015).
Jumlah partikel microplastic bergerak di kisaran yang sama seperti di pantai laut. Partikel mikroplastik yang ditemukan terutama fragmen dari bagian yang lebih besar, yaitu mikroplastik sekunder, dan terdiri dari sebagian besar polimer dengan densitas rendah. Fragmen tersebut memiliki jejak peluruhan yang sangat mirip dengan partikel yang ditemukan di lingkungan laut. Fenomena ini terjadi ke angin selatan yang relatif kuat yang menyebabkan sirkulasi permukaan yang kuat dan arus berputar di ujung utara danau. Mikroplastik didefinisikan sebagai polimer sintetis padat dan tidak larut (plastik) yang lebih kecil dari lima milimeter (Pratomo, 2011).
Sungai dan danau dipandang sebagai sumber utama mikroplastisitas yang mungkin terjadi di perairan laut karena hanya sekitar 20% mikroplastik laut yang diperkenalkan langsung ke laut, sementara 80% sisanya diyakini berasal dari daratan (tempat pembuangan sampah, limbah, sungai) Jika lumpur limbah diaplikasikan ke ladang untuk pembuahan, partikel plastik juga sampai ke ladang. Dari sana, mereka bisa tersebar di udara lebih jauh di lingkungan saat cuaca sudah kering. Ini adalah penjelasan untuk fakta bahwa partikel mikroplastik terdeteksi bahkan dalam madu (Kumoro, 2014).
Mikroplastik juga bisa disebabkan oleh makhluk hidup di dasar air, Misalnya wattwarks. Wattwurmer juga bioturbator, h. Mereka terburu-buru melalui dan mencampur sedimen, dimana mikroplastik dapat dicampur ke dalam sedimen di dasar air. Hewan lain, yang juga hidup di dasar air, dapat membawa mikroplastik ke dalam tubuh mereka. Di sini, teripang, bintang laut, bulu babi dan bintang ular adalah contohnya. Mikroplastik telah ditemukan pada ikan dan kotoran hewan singa laut, yang mengindikasikan adanya transfer partikel ke dalam rantai makanan laut. Berbeda dengan sampling sampel air, tidak ada metode seragam untuk pengumpulan sampel sedimen. Sebagai aturan, pantai dengan pinset, sendok atau dengan tangan diseleksi secara selektif dengan microplastik (Edward, 2014).
Potensi efek sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris. Makrodebris memberikan dampak secara fisika seperti menutup permukaan sedimen dan mencegah pertumbuhan benih mangrove. Penelitian ini terfokus pada makrodebris dan mikroplastik (salah satu tipe mikrodebris). Potensi sampah menjadi masalah utama pencemaran pesisir, namun sedikit informasi kuantitatif mengenai pencemaran sampah laut di ekosistem mangrove.  Selain itu, permasalahan sampah laut belum menjadi perhatian dalam menentukan strategi pengelolaan ekosistem (Dewi, 2015).
Film merupakan polimer plastik sekunder yang berasal dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densitas terendah.  Fiber merupakan serat plastik memanjang dan berasal dari fragmentasi monofilamen jaring ikan, tali, dan kain sintetis.  Fragmen merupakan hasil potongan produk plastik dengan polimer sintetis yang sangat kuat.  Pelet merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastic. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan (in situ) (Bangun, 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 9 November 2017 pada pukul 13.00 WIB di Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
No.  Alat dan Bahan                                Fungsi
1
Mikroskop

Untuk menganalisis sampel
2
Timbangan analitik

Untuk mengukur beratsampel
3
Oven

Untuk mengeringkan sampel
4
Alat tulis

Mencatat data
6
Gelasukur

Untuk mengukur volume larutan
7
NaCl

Sebagai reagen
8
Tabung erlenmeyer

Sebagai wadah untuk mencampurkan larutan
9
Tabung reaksi 

Sebagai tempat sampel
10
 Pipet serologis

Untuk menetukan volume suatu larutan
11
 Saringan   

Sebagai penyaring
12
 Aqudest

Sebagai pelarut
13
Sampel

Yang akan dianalisis
3.3 Cara Kerja
Rounded Rectangle: Sampel campuran disaring dengan menggunakan saringan 0,45 mikron
Rounded Rectangle: Data kelimpahan mikroplastik dianalisis secara deskriptif statistik dan menggunakan Microsoft excel
 





































DAFTAR PUSTAKA

Bangun A P. 2017. Jenis Dan Kepadatan Sampah Laut (Makro Dan Mikro Plastik) Serta Dampaknya Terhadap Kepadatan Makro Zoobenthos Di Pesisir Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jurnal USU. Vol 4(2):114-123.
Dewi I S, Anugrah A B, Irwan R R. 2015. Distribusi mikroplastik pada sedimen di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik. Vol 4(3): 121-131. ISSN 2089-7790.
Edward. 2014. Kandungan Mikroplastik dalam sedimen di Perairan Teluk Wawobatu, Kendari, Sulawesi Tenggara. Depik. Vol 3(2) :157-165. ISSN 2089-7790.
Kumoro A C, Aprilina P. 2014. Sifat Mekanik Dan Morfologi Plastik Biodegradable Dari Limbah Tepung Nasi Aking Dan Tepung Tapioka Menggunakan Gliserol Sebagai Plasticizer. Teknik. Vol 35(1): 8-16.  ISSN 0852-1697.
Pratomo H, Eli R. 2011.  Bioplastiknata De Cassava Sebagai Bahan Edible Film  Ramah Lingkungan. Jurnal Penelitian Saintek. Vol 16(2): 172-190.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Larutan Standart
4.1.2 Kurva Larutan Standar
4.1.3 Tabel Konsentrasi Sampel
Pada hasil diatas dapat dilihat nilai dari absorbansi larutan standart yang digunaka dengan konsentrasi 0.5, 1, 1.5, dan 2.5 adalah 0.008, 0.015, 0.021, dan 0.035 yang dimana tertinggi berada pada konsentrasi 2.5 dengan nilai absorbansinya adalah 0.035 dan yang paling rendah terdapat pada konsentrasi 0.5 dengan nilai absorbansinya 0.008. Larutan standar ini digunakan dalam analisis jumlah mikroplastik yan ada pada sampel air yang ada yang dimana larutan standart ini berfungsi sebagai larutan pendukung yang digunakan untuk menganalisis kandungan mikroplastik yang terdapat pada sampel.
Tingginya nilai absorbansi dari larutan standart dengan konsentrasi 2.5 dapat dilihat daru kurva yang ada pada gambar kedua yang dimana terus terjadi peningkatan nilai absorbansi dari larutan standart yang digunakan seiring dengan bertambahnya nilai konsentrasi yang digunakan dalam menganalisis kandungan mikroplastik sampel tersebut. Peningkatan nilai absorbansi yang relative besar dapat dilihat dari nilai konsentrasi 1.5 ke konsntasi larutan standart 2.5.
Dari ke tiga sampel yang digunakan dalam analisis kandungan mikroplastik dalam sampel tersebut yang tertinggi berada pada sampel 1(satu) dengan nilai absorbansinya adalah 0.0044dan nilai konsentrasinya adalah 2.4046 dan yang terendahnya terdapat pada sampel ke 2(dua) dengan nilai konsentrasinya adalah 1.9456 dan nilai absorbansinya adalah 0.0038. dapat dilihat bahwa yang memiliki kandungan mikroplastik tersuspensi dalam air terbesar berada pada sampel pertama yang kedua pada sampel ketiga dan yang terendah terdapat pada sampel kedua.
Potensi efek sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris. Makrodebris memberikan dampak secara fisika seperti menutup permukaan sedimen dan mencegah pertumbuhan benih mangrove. Penelitian ini terfokus pada makrodebris dan mikroplastik (salah satu tipe mikrodebris). Potensi sampah menjadi masalah utama pencemaran pesisir, namun sedikit informasi kuantitatif mengenai pencemaran sampah laut di ekosistem mangrove.  Selain itu, permasalahan sampah laut belum menjadi perhatian dalam menentukan strategi pengelolaan







BAB V
KESIMPULAN
1.      Nilai absorbansi yang tertinggi terdapat pada sampel satu dengan nilai 0.0044.
2.      Nilai absorbansi yang terendah terdapat pada sampel kedua dengan nilai 0.0038.
3.      Nilai absorbansi dari larutan standart yang digunakan terjadi peningkatan seiring dengan bertambahnya nilai konsentrasi
4.      Sampel yang paling banyak mengandung mikroplastik adalah sampel yang pertama.
5.      Sampel yang paling sedikit mengandung mikroplastik adalah sampel yang kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APLIKASI PENGHASIL UANG TERBAIK DI 2020 hallo sahabat keren...... ini dia aplikasi penghasil uang yang anda cari-cari selama ini ...