ANALISIS TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SUNGAI
MUSI
Max Kavelar
08051281520060
Fakultan
MIPA, Jurusan Ilmu Kelautan UNSRI
DeadSquad@gmail.com
ABSTRAK
Total sedmen tersuspensi
adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan
jamur. Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir,
lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di
dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab
polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai
selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir
sungai. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan,
mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup
lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi
bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Lokasi yang akan diamati
total sedimen tersuspensinya adalah perairan Sungai Musi yang berada pada kota
Palembang. Pada stasiun 3,5,7,dan 9
yang tidak terdapat konsentrasi dari TSS berarti pada stasiun tersebut
konsentrasi dari sedimen tersuspensi sangatlah kecil atau mendkati 0 yang
dimana ini berarti lokasi tersebut tidak terdapat sedimen tersuspensi. Konsentrasi TSS terbesar terdapat pada stasiun
ke delapan(8) dengani konsentrasi sebesar 0,00014 dan yang teredah adalah pada
stasiun 3,5,7,dan 9.
Kata Kunci : Sungai Musi, Total Suspended Solid.
I.
Pendahuluan
Sehubungan dengan pertambahan penduduk yang semakin
meningkat, maka permintaan akan pangan, sandang dan papan juga semakin
meningkat. Hal ini mendorong peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai
sektor yang mengakibatkan pemanfaatan ekosistim secara tidak rasional dan tidak
terkendali. Kegiatan pembangunan tersebut mengakibatkan penurunan kualitas
bahkan perusakan ekosistim itu sendiri serta berdampak lanjut terhadap gangguan
ekosistim lain yang berada di sekitarnya, sehingga mengakibatkan gangguan
kehidupan organisme yang hidup di dalamnya maupun terhadap organisme
pemanfaatnya termasuk manusia (Tarigan, 2003).
Proses pencemaran perairan pada umumnya disebabkan oleh
berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan pencemar perairan antara lain
pemukiman, industri, transportasi, dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut
potensil menghasilkan bahan pencemar yang merusak sistim kehidupan di dalam
ekosistim pantai. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal, dengan demikian perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal
dapat dikatergorikan sebagai perairan tercemar. Selain itu definisi dari
pencemaran air disebabkan oleh masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan,
sebagai akibat dari tindakan manusia, yang merubah sifat-sifat fisik, kimia,
dan biologis lingkungannya.
Total sedmen tersuspensi adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat,
logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
TSS memberikan kontribusi untuk
kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan
visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke
nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan
cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam
sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik.
Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan
dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung
1.000 mg / L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan
yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely
ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper.
Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama (Karuniasari,
2014).
Jika suatu perairan memiliki nilai kekeruhan atau total
suspended solid yang tinggi maka semakin rendah nilai produktivitas suatu
perairan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan
respirasi organisme perairan. Banyaknya aktivitas manusia di sekitar perairan
pesisir Teluk Kendari yang bisa menghasilkan limbah bahan pencemar masuk ke
dalam perairan yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi kehidupan
perairan laut. Nilai TSS ini merupakan salah satu bagian yang berperan dalam
menentukan kualitas lingkungan suatu perairan (Febiyan, 2013).
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur,
tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air,
sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan
sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan
erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut
pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian,
kehutanan, konstruksi, dan pertambangan.
Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam
air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh
makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi
tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan
mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah
sedimen akan merusak produksi pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan
membendung aliran sungai, danau, selat, dan pelabuhan
(Winnarsih, 2016).
Lokasi yang akan diamati total
sedimen tersuspensinya adalah perairan Sungai Musi yang berada pada kota
Palembang. Sungai Musi adalah
sebuah sungai yang tergolong besar
yang terdapat pada wilayah Indonesia. Sungai Musi banyak mengangkut
sedimen-sedimen tersuspensi yang bermuara di Sungsang. Lokasi ini secara
geografis terletak pada 103° 34’ 12 “ – 105° 0’ 36” BT dan 02° 58’
12” - 04° 59’ 24” LS dengan luas 7.760.222, 86 Ha.
Metode pengolahan data pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data primer dan sekunder. Data
sekunder yang berupa data pengukuran di lapangan.
Pengolahan data yang
dilakukan untuk menentukan total sedimen tersuspensi pada Sungai Musi adalah dengan menggunakan Excel.
Pada pengolahan data pada Excel akan diperolaeh data baru yang sudah disortir
dengan format Xls.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel
Konsentrasi Total Sedimen Tersuspensi
Dapat kita
lihat pada table hasl konsentrasi sedimen tersuspensi pada sungai musi yang
dimana pada stasiun satu terdapat konsentrasi TSS-nya sebesar 0,00002, pada
stasiun dua(2) konsentrasinya sebesar 0,00002, pada stasiun tiga(3)
konsentrasinya tidak ada, pada stasiun empat(4) konsntrasinya sebesar 8E-05, pada stasiun lima(5) konsentrasinya
tidak ada, pada stasiun enam (6) konsentrasinya sebesar 0,00002, pada stasiun
tujuh(7) konsentrasinya tidak ada, pada stasiun delapan(8) konsentrasinya
sebesar 0,00014, pada stasiun Sembilan(9) konsentrasinya tidak ada, dan pada
stasiun ke sepuluh (10) konsentrasinya sebesar 6E-05.
Dari data
diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa stasiun yang tidak terdapat TSS
seperti stasiun 3, 5,7,dan 9. Sedangkan pada stasiun yang lainnya terdapat
konsentrasi dari TSS. Konsentrasi TSS terbesar terdapat pada stasiun ke
delapan(8) dengani konsentrasi sebesar 0,00014 dan yang teredah adalah pada
stasiun 3,5,7,dan 9.
Pada stasiun
3,5,7,dan 9 yang tidak terdapat konsentrasi dari TSS berarti pada stasiun
tersebut konsentrasi dari sedimen tersuspensi sangatlah kecil atau mendkati 0
yang dimana ini berarti lokasi tersebut tidak terdapat sedimen tersuspensi. Hal
ini dapat dipicu karena pada stsiun tersebut pengaruh dari kecepatan air yang
sangat kecil sehingga angkutan sedimen yang terjadi sangat kecil atau mendekati
0. Kecilnya konsentrasi TSS ini juga dapat dipicu karena lokasi tersebut yang
tertutup.
TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di
perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya.
Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.
V.
KESIMPULAN
1. Total
Sedimen Tersuspensi yang tertinggi terdapat pada stasiun 8 dengan konsentrasi
0,00014.
2. Total
Sedimen Tersuspensi yang terendah terdapat pada stasiun 3,5,7 dan 9 dengan
konsentrasi 0.
3. Kecilnya
TSS yang terdapat dipicu oleh kecilnya pengaruh luar.
DAFTAR
PUSTAKA
Febiyan. 2013. Total Sedimen Tersuspensi Di
Perairan Teluk Lampung. JURNAL OSEANOGRAFI.
Vol 2(3): 361-368.
Karuniasari D, Purwanto, Warsito A. 2014.
Analisis Sedimen Tersuspensi Di Pelabuhan Kendal, Kabupaten Kendal. JURNAL OSEANOGRAFI. Vol 3(3):304-308.
Tarigan M S, Edward. 2003. Kandungan Total
Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA
SAINS. Vol 7(3): 109-119.
Winnarsih, Emiyarti, La O A A. 2016. Distribusi
Total Suspended Solid Permukaan Di Perairan Teluk Kendari. Sapa Laut. Vol1(2): 54-59. E-ISSN 2503-0396.