Jumat, 28 April 2017

arus geostrifik pdf

Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh 
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 561  
ANALISIS ARUS GEOSTROPIK PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN DATA SATELIT ALTIMETRI 
Sartono Marpaung *) dan Teguh Prayogo *) *) Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN e-mail : tono_lapan@yahoo.com   
Abstract 
Sea current is the movement of sea water horizontally and vertically to achieve equilibrium . The movement occurs as a result of the forces that affect seawater. Dominant currents occur at sea level is geostrophic currents. Geostrophic currents occurs due to the influence of pressure gradient by horizontally and the Coriolis force . With the development of remote sensing technology , geostrophic currents at the sea surface can be recorded using satellite altimetry . The velocity and direction of the geostrophic currents can be determined by calculating the resultant of two main components u and v . In this paper analysis geostrophic currents in the ocean surface  of Indonesia, namely waters of the southern part of Java island using the data from multy satellite altimetry. By determining the resultant of two main components , the analysis shows that the velocity and directions of geostrophic currents were varies. Eddy currents in geostrophic currents can lead the upwelling and downwelling phenomenon . Analysis of eddy currents simultaneously with the sea level anomaly can be used to determine potential zones as fishing ground . Key Words : Geostrophic Currents,  Eddy Currents and Satellite Altimetry
Abstrak
Arus laut adalah pergerakan air laut secara horizontal maupun vertikal untuk mencapai kesetimbangan. Gerakan tersebut terjadi akibat dari gaya yang mempengaruhi air laut. Arus geostropik adalah arus yang dominan terjadi di permukaan laut. Arus geostropik terjadi akibat pengaruh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis. Dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh, arus geostropik di permukaan laut dapat direkam menggunakan satelit altimetri. Kecepatan dan arah dari arus geostropik dapat ditentukan dengan menghitung resultan dari dua komponen utama u dan v. Dalam tulisan ini dilakukan analisis arus geostropik di permukaan laut Indonesia yaitu perairan bagian selatan Pulau Jawa dengan menggunakan data gabungan dari beberapa satelit altimetri. Dengan menentukan resultan dari dua komponen utama, hasil analisis menunjukkan bahwa arus geostropik memiliki kecepatan dengan arah yang bervariasi. Arus eddy dalam arus geostropik dapat mengakibatkan fenomena upwelling maupun downwelling. Analisis arus eddy secara simultan dengan anomali tinggi muka laut dapat digunakan untuk menentukan zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan.  Kata Kunci : Arus Geostropik, Arus Eddy  dan Satelit Altimetri
1. Pendahuluan
Sirkulasi atau dinamika pada air laut selalu terjadi secara kontinu. Sirkulasi dapat terjadi di
permukaan maupun di kedalaman. Salah satu bentuk dari sirkulasi tersebut adalah arus laut.  Arus laut
adalah pergerakan massa air laut secara horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk
mencapai kesetimbangan dan terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul akibat
pengaruh dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan gaya
gaya yang mempengaruhinya (Brown et al., 1989), arus laut terdiri dari : arus geostropik, arus termohalin,
arus pasang surut, arus ekman dan arus bentukan angin. Arus geostrofik adalah arus yang terjadi di
permukaan laut akibat pengaruh gaya gradien tekanan mendatar dan diseimbangkan oleh gaya coriolis
(Brown et al., 1989). Gaya tekanan mendatar menggerakkan arus dalam arah horizontal dan dalam
pergerakannya akan dipengaruhi oleh gaya coriolis yang timbul akibat rotasi bumi. Arus geostropik  tidak
dipengaruhi oleh pergerakan angin (gesekan antara angin dan udara), sehingga arus geostropik
digolongkan ke dalam arus tanpa gesekan (Pick dan Pond, 1983).
Satelit altimetri adalah satelit yang berfungsi untuk memantau topografi dan dinamika yang terjadi di
permukaan laut. Penggunaan teknologi satelit altimetri telah dimulai sejak t
satelit altimetri sebagai suatu teknik penginderaan jauh selama kurun waktu beberapa dasawarsa terakhir
dapat memberikan informasi yang signifikan dalam pengembangan penelitian terkait fenomena dan
dinamika yang terjadi di laut. Satelit altimetri dapat digunakan untuk pengamatan mengenai perubahan
arus permukaan secara global (Digby, 1999). Dengan beroperasinya beberapa satelit altimetri dapat
diperoleh data-data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian terkait dinamika laut seperti
permukaan laut, arus geostropik, angin di permukaan laut dan gelombang laut. Data
dipublikasi untuk digunakan oleh komunitas internasional.
Dengan ketersediaan data dari satelit altimeteri dan terkait dengan pemanfaatannya, dalam m
ini dilakukan kajian tentang arus geostropik. Arus geostropik untuk mendeteksi dan memahami fenomena
yang terjadi di perairan seperti : arus eddy, upwelling dan downwelling. Analisis selanjutnya,
pemanfaatan arus geostropik diarahkan untuk sektor pe
untuk daerah penangkapan ikan.
2. Data dan Metodologi
 Bahan analisis dalam makalah ini adalah data arus geostropik permukaan laut dari satelit altimetri
(gabungan) : Jason-2, Saral dan Cryosat
temporal harian (rata-rata harian dari 7 hari). Sebagai data pendukung digunakan data tinggi muka laut
dan anomalinya dari satelit altimetri yang sama. Sumber data terdapat di
Daerah kajian adalah perairan di bagian selatan Pulau Jawa dengan batas zonal dari 99,4
bujur timur dan batas meridional dari 5,6
didasarkan pada fenomena yang diamati berskala meso dan
Wilayah kajian terletak di belahan bumi selatan, hal ini terkait dengan dampak dari arus eddy yang
terbentuk. Secara rinci wilayah kajian ditampilkan dalam Gambar 2
Gambar 2
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Satelit altimetri adalah satelit yang berfungsi untuk memantau topografi dan dinamika yang terjadi di
permukaan laut. Penggunaan teknologi satelit altimetri telah dimulai sejak tahun 1975. Perkembangan
satelit altimetri sebagai suatu teknik penginderaan jauh selama kurun waktu beberapa dasawarsa terakhir
dapat memberikan informasi yang signifikan dalam pengembangan penelitian terkait fenomena dan
elit altimetri dapat digunakan untuk pengamatan mengenai perubahan
arus permukaan secara global (Digby, 1999). Dengan beroperasinya beberapa satelit altimetri dapat
data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian terkait dinamika laut seperti
permukaan laut, arus geostropik, angin di permukaan laut dan gelombang laut. Data
dipublikasi untuk digunakan oleh komunitas internasional.
Dengan ketersediaan data dari satelit altimeteri dan terkait dengan pemanfaatannya, dalam m
ini dilakukan kajian tentang arus geostropik. Arus geostropik untuk mendeteksi dan memahami fenomena
yang terjadi di perairan seperti : arus eddy, upwelling dan downwelling. Analisis selanjutnya,
pemanfaatan arus geostropik diarahkan untuk sektor perikanan yaitu mendeteksi zona yang berpotensi
Bahan analisis dalam makalah ini adalah data arus geostropik permukaan laut dari satelit altimetri
2, Saral dan Cryosat-2. Resolusi spasial data tersebut adalah 0,33o x 0,33
rata harian dari 7 hari). Sebagai data pendukung digunakan data tinggi muka laut
dan anomalinya dari satelit altimetri yang sama. Sumber data terdapat di ftp://aviso.oceanobs.com/
Daerah kajian adalah perairan di bagian selatan Pulau Jawa dengan batas zonal dari 99,4
bujur timur dan batas meridional dari 5,6o sampai 12,9o lintang selatan. Pemilihan wilayah kajian
didasarkan pada fenomena yang diamati berskala meso dan hasilnya lebih jelas di perairan terbuka.
Wilayah kajian terletak di belahan bumi selatan, hal ini terkait dengan dampak dari arus eddy yang
terbentuk. Secara rinci wilayah kajian ditampilkan dalam Gambar 2-1 berikut ini.
Gambar 2-1  Cakupan wilayah kajian penelitian
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Satelit altimetri adalah satelit yang berfungsi untuk memantau topografi dan dinamika yang terjadi di
ahun 1975. Perkembangan
satelit altimetri sebagai suatu teknik penginderaan jauh selama kurun waktu beberapa dasawarsa terakhir
dapat memberikan informasi yang signifikan dalam pengembangan penelitian terkait fenomena dan
elit altimetri dapat digunakan untuk pengamatan mengenai perubahan
arus permukaan secara global (Digby, 1999). Dengan beroperasinya beberapa satelit altimetri dapat
data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian terkait dinamika laut seperti : tinggi
permukaan laut, arus geostropik, angin di permukaan laut dan gelombang laut. Data-data tersebut
Dengan ketersediaan data dari satelit altimeteri dan terkait dengan pemanfaatannya, dalam makalah
ini dilakukan kajian tentang arus geostropik. Arus geostropik untuk mendeteksi dan memahami fenomena
yang terjadi di perairan seperti : arus eddy, upwelling dan downwelling. Analisis selanjutnya,
rikanan yaitu mendeteksi zona yang berpotensi
Bahan analisis dalam makalah ini adalah data arus geostropik permukaan laut dari satelit altimetri
x 0,33o dan resolusi
rata harian dari 7 hari). Sebagai data pendukung digunakan data tinggi muka laut
ftp://aviso.oceanobs.com/.
Daerah kajian adalah perairan di bagian selatan Pulau Jawa dengan batas zonal dari 99,4o sampai 115,3o
lintang selatan. Pemilihan wilayah kajian
hasilnya lebih jelas di perairan terbuka.
Wilayah kajian terletak di belahan bumi selatan, hal ini terkait dengan dampak dari arus eddy yang
Arus geostropik di permukaan laut terdiri dari komponen utama yaitu  u dan v. Untuk menentukan
kecepatan dan arah arus geostropik dihitung resultan dari komponen u dan v menggunakan rumus :
  2 2 vuR +=
R : resultan dari vektor u dan vektor v (m/s).
u : kecepatan arus geostropik dalam arah x (m/s)
v : kecepatan arus geostropik dalam arah y (m/s)
Dengan memperhatikan arah arus geostropik yang dihasilkan dapat  ditentukan fenomena arus eddy
ditinjau dari pusaran arus yang terbentuk pada wilayah kajian. Analisis selanjutnya, arus eddy yang
terjadi dalam wilayah kajian dapat menimbulkan dampak terjadinya fenomena upwelling atau
downwelling sesuai arah yang ditimbulkannya dan dilengkapi dengan analisis dari data p
tinggi permukaan laut. Untuk menduga wilayah atau zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) menurut
McGillicuddy et al. (1998) ditinjau dari dua kejadian arus eddy dengan arah yang berlawanan (siklonik
dan antisiklonik), disertai dengan kejadian
fenomena dua arus eddy tersebut berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang
positip dengan negatif pada lokasi yang sama, maka zona pertemuan tersebut diduga sebagai zona potensi
penangkapan ikan.  Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam Gambar 2
Gambar 2
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Arus geostropik di permukaan laut terdiri dari komponen utama yaitu  u dan v. Untuk menentukan
kecepatan dan arah arus geostropik dihitung resultan dari komponen u dan v menggunakan rumus :
    Persamaan (2-1)
esultan dari vektor u dan vektor v (m/s).
u : kecepatan arus geostropik dalam arah x (m/s)
v : kecepatan arus geostropik dalam arah y (m/s)
Dengan memperhatikan arah arus geostropik yang dihasilkan dapat  ditentukan fenomena arus eddy
an arus yang terbentuk pada wilayah kajian. Analisis selanjutnya, arus eddy yang
terjadi dalam wilayah kajian dapat menimbulkan dampak terjadinya fenomena upwelling atau
downwelling sesuai arah yang ditimbulkannya dan dilengkapi dengan analisis dari data p
tinggi permukaan laut. Untuk menduga wilayah atau zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) menurut
McGillicuddy et al. (1998) ditinjau dari dua kejadian arus eddy dengan arah yang berlawanan (siklonik
dan antisiklonik), disertai dengan kejadian downwelling/upwelling pada pusat arus geostropik.  Jika
fenomena dua arus eddy tersebut berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang
positip dengan negatif pada lokasi yang sama, maka zona pertemuan tersebut diduga sebagai zona potensi
enangkapan ikan.  Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam Gambar 2-2 berikut ini.
-2  Penentuan zona potensi penangkapan ikan
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Arus geostropik di permukaan laut terdiri dari komponen utama yaitu  u dan v. Untuk menentukan
kecepatan dan arah arus geostropik dihitung resultan dari komponen u dan v menggunakan rumus :
Dengan memperhatikan arah arus geostropik yang dihasilkan dapat  ditentukan fenomena arus eddy
an arus yang terbentuk pada wilayah kajian. Analisis selanjutnya, arus eddy yang
terjadi dalam wilayah kajian dapat menimbulkan dampak terjadinya fenomena upwelling atau
downwelling sesuai arah yang ditimbulkannya dan dilengkapi dengan analisis dari data pendukung yaitu
tinggi permukaan laut. Untuk menduga wilayah atau zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) menurut
McGillicuddy et al. (1998) ditinjau dari dua kejadian arus eddy dengan arah yang berlawanan (siklonik
downwelling/upwelling pada pusat arus geostropik.  Jika
fenomena dua arus eddy tersebut berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang
positip dengan negatif pada lokasi yang sama, maka zona pertemuan tersebut diduga sebagai zona potensi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari analisis data yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan data arus geostropik, digunakan
untuk mendeteksi fenomena atau dinamika  yang terjadi dipermukaan laut, seperti yang ditampilkan
dalam Gambar 3-1 berikut.
Gambar 3-1   (a) Sirkulasi arus geostropik dan (b) pola tinggi muka laut tanggal 10 s/d 16 Januari 2014 di
Tampilan dalam Gambar 3-1 (a) menunjukkan kecepatan dan arah arus geostropik yaitu rata
harian dari tujuh hari pengamatan dari tanggal 10 sampai 16 Januari 2014 di perairan bagian selatan Pulau
Jawa. Kecepatan arus geostropik berkisar anta
Bulatan dengan garis warna merah dan hitam, menunjukkan dua kejadian arus eddy dengan arah yang
berlawanan. Menurut (Martono, 2009a) gerakan arus eddy ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah
jarum jam) dan antisiklonik (berlawanan arah jarum jam) di belahan bumi selatan. Bulatan hitam adalah
arus eddy dengan arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam dan bulatan merah menunjukkan arus
eddy dengan arah searah jarum jam. Arus eddy dapat menyebabkan t
downwelling sesuai dengan arah putarannya (Martono, 2009b). Arah gerakan arus eddy memiliki dampak
yang berbeda di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Di belahan bumi utara, eddy akan
menyebabkan  upwelling jika bergera
bergerak searah jarum jam. Sebaliknya, di  belahan bumi selatan, jika  eddy bergerak searah jarum jam
akan menyebabkan upwelling dan jika bergerak berlawanan arah jarum jam akan menyebabkan
downwelling (Stewart 2002a). Selanjutnya Stewart (2002b) menyatakan bahwa arus eddy yang bergerak
searah jarum jam di bumi bagian selatan memiliki ketinggian permukaan di pusatnya lebih rendah
dibandingkan daerah sekitarnya. Sedangkan arus eddy yang bergera
ketinggian air di bagian pusatnya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Gambar 3
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Dari analisis data yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan data arus geostropik, digunakan
untuk mendeteksi fenomena atau dinamika  yang terjadi dipermukaan laut, seperti yang ditampilkan
(a) Sirkulasi arus geostropik dan (b) pola tinggi muka laut tanggal 10 s/d 16 Januari 2014 di
perairan bagian selatan Pulau Jawa.
1 (a) menunjukkan kecepatan dan arah arus geostropik yaitu rata
harian dari tujuh hari pengamatan dari tanggal 10 sampai 16 Januari 2014 di perairan bagian selatan Pulau
Jawa. Kecepatan arus geostropik berkisar antara 0 sampai 1,2 m/sekon dengan arah yang bervariasi.
Bulatan dengan garis warna merah dan hitam, menunjukkan dua kejadian arus eddy dengan arah yang
berlawanan. Menurut (Martono, 2009a) gerakan arus eddy ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah
m) dan antisiklonik (berlawanan arah jarum jam) di belahan bumi selatan. Bulatan hitam adalah
arus eddy dengan arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam dan bulatan merah menunjukkan arus
eddy dengan arah searah jarum jam. Arus eddy dapat menyebabkan terjadinya upwelling maupun
downwelling sesuai dengan arah putarannya (Martono, 2009b). Arah gerakan arus eddy memiliki dampak
yang berbeda di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Di belahan bumi utara, eddy akan
menyebabkan  upwelling jika bergerak berlawanan arah jarum jam, dan  menyebabkan  downwelling jika
bergerak searah jarum jam. Sebaliknya, di  belahan bumi selatan, jika  eddy bergerak searah jarum jam
akan menyebabkan upwelling dan jika bergerak berlawanan arah jarum jam akan menyebabkan
wnwelling (Stewart 2002a). Selanjutnya Stewart (2002b) menyatakan bahwa arus eddy yang bergerak
searah jarum jam di bumi bagian selatan memiliki ketinggian permukaan di pusatnya lebih rendah
dibandingkan daerah sekitarnya. Sedangkan arus eddy yang bergerak berlawanan arah jarum jam
ketinggian air di bagian pusatnya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Gambar 3-1 (b) menunjukkan pola
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Dari analisis data yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan data arus geostropik, digunakan
untuk mendeteksi fenomena atau dinamika  yang terjadi dipermukaan laut, seperti yang ditampilkan
(a) Sirkulasi arus geostropik dan (b) pola tinggi muka laut tanggal 10 s/d 16 Januari 2014 di
1 (a) menunjukkan kecepatan dan arah arus geostropik yaitu rata-rata
harian dari tujuh hari pengamatan dari tanggal 10 sampai 16 Januari 2014 di perairan bagian selatan Pulau
ra 0 sampai 1,2 m/sekon dengan arah yang bervariasi.
Bulatan dengan garis warna merah dan hitam, menunjukkan dua kejadian arus eddy dengan arah yang
berlawanan. Menurut (Martono, 2009a) gerakan arus eddy ada dua jenis yaitu secara siklonik (searah
m) dan antisiklonik (berlawanan arah jarum jam) di belahan bumi selatan. Bulatan hitam adalah
arus eddy dengan arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam dan bulatan merah menunjukkan arus
erjadinya upwelling maupun
downwelling sesuai dengan arah putarannya (Martono, 2009b). Arah gerakan arus eddy memiliki dampak
yang berbeda di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Di belahan bumi utara, eddy akan
k berlawanan arah jarum jam, dan  menyebabkan  downwelling jika
bergerak searah jarum jam. Sebaliknya, di  belahan bumi selatan, jika  eddy bergerak searah jarum jam
akan menyebabkan upwelling dan jika bergerak berlawanan arah jarum jam akan menyebabkan
wnwelling (Stewart 2002a). Selanjutnya Stewart (2002b) menyatakan bahwa arus eddy yang bergerak
searah jarum jam di bumi bagian selatan memiliki ketinggian permukaan di pusatnya lebih rendah
k berlawanan arah jarum jam
1 (b) menunjukkan pola
tinggi permukaan laut pada tanggal 10 s/d. 16 Januari 2014. Tampak bahwa di zona terjadinya arus eddy
dengan arah putaran berlawanan jarum jam (bulatan hitam), di zona yang sama pada tinggi muka laut
(bulatan hitam) terjadi peningkatan ketinggian permukaan laut dan ketinggian tertinggi terdapat pada
pusat pusaran arus eddy. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian arus eddy dengan ara
berasosiasi dengan permukaan laut yang tinggi dan menunjukkan fenomena downwelling. Sebaliknya
arus eddy dengan arah siklonik (bulatan merah), di wilayah yang sama terdapat tinggi muka laut yang
rendah. Hasil tersebut menunjukkan kejadian ar
permukaan laut yang rendah dan menunjukkan fenomena upwelling. Hasil analisis di atas identik dengan
pemaparan sebelumnya (Martono dan Stewart) bahwa di belahan bumi selatan arus eddy dengan arah
siklonik menyebabkan terjadinya fenomena upwelling dan arus eddy dengan arah antisiklon
mengakibatkan fenomena downwelling. Untuk analisis arus eddy di belahan bumi utara, hasilnya
merupakan kebalikan dari yang terjadi di belahan bumi selatan. Gambar 3
hasil analisis dari data satelit altimetri bahwa fenomena arus eddy mengakibatkan terjadinya downwelling
dan upwelling.
Untuk menduga zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan, dilakukan analisis secara
simultan dengan waktu dan lokasi yang sama antara fenomena arus eddy dengan data pendukung anomali
tinggi permukaan laut, seperti ditampilkan dalam Gambar 3
Gambar  3-2  (a) Tumpang susun arus geostropik dan  anomali tinggi muka laut dan (b) Tumpang susun
arus geostropik dan anomali tinggi muka laut yang negatif tgl 10 s/d 16 Januari 2014.
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
tinggi permukaan laut pada tanggal 10 s/d. 16 Januari 2014. Tampak bahwa di zona terjadinya arus eddy
lawanan jarum jam (bulatan hitam), di zona yang sama pada tinggi muka laut
(bulatan hitam) terjadi peningkatan ketinggian permukaan laut dan ketinggian tertinggi terdapat pada
pusat pusaran arus eddy. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian arus eddy dengan ara
berasosiasi dengan permukaan laut yang tinggi dan menunjukkan fenomena downwelling. Sebaliknya
arus eddy dengan arah siklonik (bulatan merah), di wilayah yang sama terdapat tinggi muka laut yang
rendah. Hasil tersebut menunjukkan kejadian arus eddy dengan arah siklonik berasosiasi dengan
permukaan laut yang rendah dan menunjukkan fenomena upwelling. Hasil analisis di atas identik dengan
pemaparan sebelumnya (Martono dan Stewart) bahwa di belahan bumi selatan arus eddy dengan arah
yebabkan terjadinya fenomena upwelling dan arus eddy dengan arah antisiklon
mengakibatkan fenomena downwelling. Untuk analisis arus eddy di belahan bumi utara, hasilnya
merupakan kebalikan dari yang terjadi di belahan bumi selatan. Gambar 3-1 (a) dan (b) m
hasil analisis dari data satelit altimetri bahwa fenomena arus eddy mengakibatkan terjadinya downwelling
Untuk menduga zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan, dilakukan analisis secara
i yang sama antara fenomena arus eddy dengan data pendukung anomali
tinggi permukaan laut, seperti ditampilkan dalam Gambar 3-2 berikut.
(a) Tumpang susun arus geostropik dan  anomali tinggi muka laut dan (b) Tumpang susun
an anomali tinggi muka laut yang negatif tgl 10 s/d 16 Januari 2014.
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
tinggi permukaan laut pada tanggal 10 s/d. 16 Januari 2014. Tampak bahwa di zona terjadinya arus eddy
lawanan jarum jam (bulatan hitam), di zona yang sama pada tinggi muka laut
(bulatan hitam) terjadi peningkatan ketinggian permukaan laut dan ketinggian tertinggi terdapat pada
pusat pusaran arus eddy. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian arus eddy dengan arah antisiklonik
berasosiasi dengan permukaan laut yang tinggi dan menunjukkan fenomena downwelling. Sebaliknya
arus eddy dengan arah siklonik (bulatan merah), di wilayah yang sama terdapat tinggi muka laut yang
us eddy dengan arah siklonik berasosiasi dengan
permukaan laut yang rendah dan menunjukkan fenomena upwelling. Hasil analisis di atas identik dengan
pemaparan sebelumnya (Martono dan Stewart) bahwa di belahan bumi selatan arus eddy dengan arah
yebabkan terjadinya fenomena upwelling dan arus eddy dengan arah antisiklon
mengakibatkan fenomena downwelling. Untuk analisis arus eddy di belahan bumi utara, hasilnya
1 (a) dan (b) menunjukkan
hasil analisis dari data satelit altimetri bahwa fenomena arus eddy mengakibatkan terjadinya downwelling
Untuk menduga zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan, dilakukan analisis secara
i yang sama antara fenomena arus eddy dengan data pendukung anomali
(a) Tumpang susun arus geostropik dan  anomali tinggi muka laut dan (b) Tumpang susun
an anomali tinggi muka laut yang negatif tgl 10 s/d 16 Januari 2014.
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 566
Dalam Gambar 3-3 bagian (a) tampak bahwa fenomena dua arus eddy berasosiasi dengan kejadian
pertemuan anomali tinggi muka laut yang tinggi ( positif) dan yang rendah (negatif). Pada bagian (b)
ditampilkan secara tumpang susun antara arus geostropik dengan anomali muka laut yang negatif.
Menurut McGillicuddy et al. (1998b), bahwa zona pertemuan antara dua arus eddy yang berbeda arah dan
berasosiasi dengan pertemuan anomali tinggi permukaan laut yang positif dan negatif merupakan zona
yang berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan. Bulatan hitam dengan garis putus-putus dalam
Gambar 3-3 bagian (b) merupakan zona potensi penangkapan ikan. Cakupan zona yang berpotensi
sebagai daerah penangkapan ikan masih bersifat umum karena tidak disebutkan batas yang jelas (luas
cakupan) saat terjadi pertemuan anomali positif dan negatif. Untuk menentukan batas zona tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan survei atau validasi dengan data lapangan yaitu data hasil tangkapan ikan
oleh nelayan di zona tersebut.
Hasil analisis secara menyeluruh menggambarkan bahwa fenomena arus eddy dapat mengakibatkan
terjadinya fenomena upwelling maupun downwelling. Tetapi sebaliknya tidak berlaku, jika terjadi
fenomena upwelling/downwelling belum tentu terjadi arus eddy. Analisis secara simultan antara
fenomena arus eddy yang berlawanan arah (dua kejadian) dengan parameter anomali tinggi permukaan
laut dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga zona yang berpotensi sebagai daerah penangkapan
ikan.
4. Kesimpulan
Fenomena arus eddy dalam arus geostropik  mengakibatkan terjadinya fenomena upwelling atau
downwelling sesuai dengan arah arus pusar yang terjadi. Di belahan bumi selatan, arus eddy  dengan arah
siklonik identik dengan fenomena upwelling dan arah antisiklon identik dengan downwelling. Penentuan
zona potensi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan mengkombinasikan analisis antara arus eddy
dengan anomali tinggi permukaan laut. Dua kejadian arus eddy dengan arah berlawanan dan disertai
dengan pertemuan anomali positif dengan negatif di wilayah sama dengan kejadian arus eddy, zona
tersebut diduga sebagai wilayah yang berpotensi untuk daerah penangkapan ikan.  
5. Daftar Rujukan
Brown et al. 1989. Ocean Circulation. New York. Pergamon Press.
Digby, S. 1999. Use of Altimeter Data. Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Techology,
Pasadena, California.
Martono. 2009. Karakteristik dan Variabilitas Bulanan Angin Permukaan di Perairan Samudera Hindia.
Makara Sains Vol. 13 No. 2, hal 157-162.
McGillicuddy, D. J.jr. et al. 1998. Influence of mesoscale eddies on new production in the Sargasso Sea.
Nature, 394, 263–266.
Pond and Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography. Pergamon Press, Oxford.
Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 567

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APLIKASI PENGHASIL UANG TERBAIK DI 2020 hallo sahabat keren...... ini dia aplikasi penghasil uang yang anda cari-cari selama ini ...